Charity, Kegiatan, Pengembangan, Terbaru, Uncategorised

REKREASI BERSAMA LAPAK MAKAN DHUAFA BANDUNG

Bismillah,

Kali ini panti mendapatkan kabar gembira, yaitu tamu dari Lapak Makan Dhuafa Bandung mengajak anak-anak refreshing, belum ditentukan tempat dan waktunya, dan ini merupakan hal-hal yang dinantikan dan anak-anak akan senang mendengarnya.  Dan para tamu bertanya beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data anak panti kami dan beberapa dokumentasi.

Akhirnya waktu yang dinantikan tiba, yaitu waktu dan tempat lokasi refreshing telah ditentukan yaitu Waterpart Teejay dilaksanakan hari Selasa, 5 Juli 2023. Dan persiapan pun dimulai.

Pengarahan dari Ketua Panti
Anak-anak sudah siap di bus Ngulisik
Bus Ngulisik siap mengantar anak-anak
Anak sudah siap berangkat

Perjalanan pun dimulai dan anak-anak panti. pemberangkatan dari depan gerbang Universitas BTH menggunakan bus Ngulisik (Nguriling kota Tasik).

Rekreasi ini juga menghadirkan anak-anak panti dari Panti An Nur Padakembang Singaparna , kami bertemu di lokasi untuk bersama-sama gembira menikmati refreshing di Waterpark Teejay.

Terima kasih kepada Tim Lapak Makan Dhuafa Bandung, semoga kebaikannya mendapat balasan yang terbaik dari Alloh SWT. Aamiin.

Layanan Sosial, Pengembangan, Terbaru, Uncategorised

LKSA Amanah mengikuti Reakreditasi

LKSA Amanah kembali mendapatkan Akreditasi A setelah 5 tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 mendapatkan Akreditasi A juga dari Kementrian Sosial Republik Indonesia. Merupakan kebanggaan kami dapat mencapai kembali predikat ini, karena tidak serta merta nilai ini diberikan kecuali telah melalui proses pemeriksaan dan penilaian

Akreditasi ini dilaksanakan oleh Kemensos RI untuk memberikan pembelajaran bagi lembaga-lembaga sosial dalam melaksanakan pelaksanaan kegiatannya. Penilaian meliputi pelayanan, sarana  prasanana, organisasi dan lembaga, juga hasilnya. Di setiap bagiannya dibuatkan dokumen dan buktinya. dan semakin terpenuhi 6 standar yang menjadi dasar penilaian maka semakin baik nilainya.

Sertifikat Akreditasi A LKSA Amanah Yayasan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengurus Bakti Tunas Husada atas dukungan dan bantuannya selama ini dan juga kepada para donatur yang senantiasa setia membantu panti asuhan kami, serta tentu saja kepada para pengurus panti yang juga telah bekerja keras mewujudkan pelayanan yang maksimal. 

Semoga Alloh membalas kebaikan semuanya. Aamiin

Layanan Sosial

Beberapa Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Artikel ini, merupakan copy paste dari makalah dari website https://dinsos.kulonprogokab.go.id/detil/607/beberapa-kesalahan-dalam-mendidik-anak, semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat juga bagi para orang tua yang memiliki tanggungjawab pengasuhan.

Judulnya adalah “Beberapa kesalahan dalam mendidik anak”. ditulis oleh Bisri Mustofa, S.Sos, M.I.P, beliau adalah Penyuluh Sosial Muda pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. 

Menurutnya pendidikan orang tua akan memberi pengaruh yang besar terhadap anaknya baik dari kata-kata yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukkan. berikut artikelnya :

Orang tua yang akrab dengan kata-kata, Udah diam! Jangan nakal dong! Jangan nangis terus! Dimarahin pak polisi lho nanti! Kalau nangis terus ntar diambil hantu lho! Diam! Tuh, ada suara kuntilanak,” berarti telah melakukan kesalahan besar dalam mendidik anak. Anak dianggap sebagai makhluk tak berdaya yang dengan ancaman seperti kata-kata itu diharapkan anak dapat berperilaku sesuai kehendak orang tuanya.

  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
  • Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
  • Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
  • Jika anak dibesarkan dengan kekerasan, ia belajar untuk melawan

Sebaliknya,

  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
  • Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
  • Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
  • Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Jika mau jujur, banyak sekali kesalahan yang dilakukan orang tua dalam mendidik buah hatinya. Sarwono (2020) mengemukakan bahwa ada 20 kesalahan orang tua dalam mendidik anak.

Pertama, menumbuhkan rasa takut dan minder. Sebagai contoh, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan adanya hantu, jin, suara angin dan lain-lain yang akan mengambil anak yang suka menangis. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut. Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Ketakutan tersebut akan mendarah daging pada anak sampai dewasa.

 

Tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Tindakan tersebut mengakibatkan anak tidak mempunyai rasa percaya diri. Walaupun setelah dewasa dia tahu bahwa hantu itu tidak ada, akan tetapi dia akan tetap ketakutan apabila mendengar kata hantu.

Ketika anak belum berhasil menyelesaikan tugas atau pekerjaannya, kita sering membandingkan dengan anak-anak lain. ”Temanmu saja sudah selesai, kenapa kamu lambat sekali, dasar memang anak bodoh!” Kata-kata inilah yang mengakibatkan anak tidak percaya diri alias minder.

Kedua, anak sombong dianggap sebagai pemberani. Berani bukanlah bersikap sombong dan semena-mena dengan orang lain. Dengan bangga seorang ibu berkisah tentang anaknya, ”Anak saya dah berani ngomong ke temannya kalau dia anak seorang pejabat, makanya temannya pada takut.” Kebanggaan tersebut mengandung kesombongan dan dapat menjadi bumerang bagi anaknya.

Sikap berani yang sesungguhnya adalah keberanian mengatakan kebenaran. Kalau ada temannya melakukan kesalahan maka dia akan mengingatkan. Kalau orang tuanya masih melakukan pekerjaannya padahal telah masuk waktu shalat, maka dia berani mengingatkan bapaknya. Adapun sikap takut adalah apabila melakukan kebohongan dan dosa, karena di mana pun seseorang berada dia tidak akan lepas dari penglihatan Allah SWT.

Ketiga, membiasakan anak hidup foya-foya dan mewah. Dengan kebiasaan ini, anak tumbuh menjadi pribadi yang suka kemewahan, suka bersenang-senang, hanya mementingkan dirinya sendiri, dan tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqamah menghindari ketergantungan pada dunia, membinasakan harga diri dan kebenaran.

Hidup dalam kemewahan akan membunuh rasa simpati dan empati terhadap sesama. Rasa sosial akan terkikis. Yang dia tahu bahwa dirinya serba kecukupan. Ketika melihat orang lain berada dalam kekurangan dan membutuhkan bantuan, dia akan bersikap acuh tak acuh. Mungkin dengan berkata, “Salah sendiri miskin, kaya dong seperti aku.”

Keempat, selalu memenuhi permintaan anak. Tidak setiap yang diinginkan anak itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Kewajiban orang tua adalah memenuhi kebutuhan anak, bukan keinginannya. Kebutuhan pasti bermanfaat bagi dirinya, sedangkan keinginan boleh jadi hanya sesaat dan tidak ada gunanya. Artinya, pemberian orang tua terhadap anak harus dengan memperhatikan baik buruk dari pemenuhan permintaan itu.

Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya maka dia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Dia akan menjadi pribadi yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik. Untuk itu, anak harus selalu diajari bersyukur dan menerima apa yang ada.

Anak yang terlalu dimanja dan dituruti segala kemauan dan kebutuhannya akan menjadi anak yang lemah, egois, impulsif (melakukan sesuatu tanpa perhitungan) dan tidak bisa memperhatikan kepentingan orang lain. Karena terbiasa menerima apa pun yang dia inginkan, anak tidak bisa berinteraksi dengan baik kepada orang lain. Dia tidak bisa berusaha memperjuangkan sendiri apa yang menjadi keinginannya, dan ini akan terbawa hingga mereka dewasa kelak.

Kelima, menerima ”senjata” menangis untuk memenuhi keinginan anak. Apabila setiap tangisan anak sebagai senjata agar permintaannya dipenuhi selalu dituruti orang tua, maka dapat berakibat anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri. Jangan hanya berdasarkan kasihan, semua keinginan dipenuhi.

Anak akan menggunakan senjata itu untuk memperoleh apa pun yang diinginkan. Kalau orang tua tidak dapat memberikan pengertian yang masuk akal kepada anak, maka perilaku tersebut akan selalu dilakukan. Parahnya, anak akan menangis ke orang lain yang dirasa iba kepadanya dan memenuhi keinginannya, apabila orang tuanya tidak mengabulkan. Kalau perilaku ini tidak dicegah sedini mungkin, bisa jadi akan membahayakan di kemudian hari.

Keenam, terlalu keras dan kaku dalam menghadapi anak, bahkan melebihi batas kewajaran. Kekerasan yang dilakukan dapat berupa fisik ataupun psikis. Fisik dengan menampar, memukul, menendang, dan segala perbuatan yang menyakiti fisiknya. Adapun psikis dapat berupa ejekan, hinaan, sindiran, bentakan, dan cara keras lainnya yang dapat menyakiti hatinya.

Dalam menghadapi kesalahan anak, orang tua tidak boleh langsung menghukum dengan kekerasan fisik ataupun psikis. Alangkah lebih baiknya apabila dicari dulu penyebab anak melakukan kesalahan. Siapa tahu mernang belum tahu, atau mungkin sengaja tapi hanya coba-coba.

Ketujuh, terlalu pelit kepada anak. Hemat dan perhitungan boleh, tapi terlalu pelit membuat anak merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Dengan perasaan tersebut, akan mendorong anak memenuhi kebutuhannya dengan cara yang tidak benar. Dapat saja dia menghalalkan segala cara untuk meraih yang diinginkannya. Dari sekadar untuk memenuhi apa yang dia inginkan, dapat berkembang menjadi tabiat, dan hal tersebut sangat merugikan anak.

Orang tua harus dapat memahami secara seimbang semua kebutuhan anak dan bagaimana cara memenuhinya. Terlalu pelit merugikan, terlalu boros juga tidak baik bagi pendidikan anak.

Kedelapan, tidak memberikan kasih sayang sepenuh hati. Perhatian orang tua yang kurang dapat membuat anak mencari kasih sayang di luar keluarganya. Masih beruntung kalau dia memperoleh kasih sayang dari temannya yang baik, akan tetapi kalau tidak, maka anak akan terpengaruh sikap dan perilaku negatif dari pelariannya.

Akibat kurangnya kasih sayang keluarga maka anak berusaha berontak dan merasa dikucilkan dari keluarga sendiri. Kondisi tersebut mengakibatkan anak mempunyai perilaku rendah diri dan tidak mempunyai kepercayaan terhadap dirinya. Untuk itu, sesibuk apa pun orang tua harus meluangkan waktu bersama anaknya untuk menumpahkan kasih sayang.

Kesembilan, hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus, dan sekolah yang berkualitas. Dengan begitu mereka mengira telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Padahal, selain kebutuhan jasmani, rohani juga mesti diperhatikan. Harus ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi. Anak-anak juga menghajatkan perhatian dan kasih sayang. Justru kasih sayang inilah yang akan membentuk karakter positifnya di kemudian hari.

Kesepuluh, terlalu berprasangka baik kepada anak. Kesalahan orang tua adalah menganggap baik kepada anak-anaknya. Mereka menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya. Padahal, bisa jadi dan diamnya anak kita, ternyata ada suatu penyakit yang berbahaya atau tertekan oleh masalah dengan teman mainnya dan sebagainya.

Terlalu berprasangka baik juga tidak tepat, terlalu berprasangka buruk juga tidak sehat. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, maka diperlukan kewaspadaan orang tua setiap saat. Yang paling tepat adalah tidak terlalu berprasangka buruk, juga tidak terlalu berprasangka baik.

Kesebelas, anak melakukan kesalahan atau berperilaku buruk, tetapi dibiarkan oleh orang tua. Terkadang orang tua merasa tidak tega atau terlalu lemah dalam mendidik anak, sehingga membiarkan perilaku buruk yang dilakukan anak dengan beranggapan, ah…namanya juga masih anak-anak. Sikap semisal ini salah besar. Justru mumpung masih anak-anak, dia harus dibenahi. Anak-anak harus diberi tahu mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.

Keduabelas, apabila anak berbuat dan berperilaku baik tidak diberi hadiah. Dalam mendidik anak kita mengenal hukuman (punishment) dan hadiah (reward), kalau salah kita berikan sanksi, begitu juga dalam berperilaku baik, hendaknya orang tua memberikan apresiasi dalam bentuk pujian ataupun hadiah berupa ciuman dan pelukan. Sebab, hadiah tidak selalu berbentuk materi, uang, atau barang.

Dengan demikian, mereka akan merasa dihargai. Sekecil apa pun pujian kita, akan memberikan dorongan yang luar biasa kepada anak. Orang tua yang pelit memberikan pujian kepada anak akan menghasilkan anak yang gampang putus asa dan membuatnya enggan berbuat dan berperilaku baik, karena ia beranggapan semua itu sia-sia.

Ketigabelas, anak terlalu banyak dilarang. Memang sebagai orangtua kita merasa cemas akan keselamatan anak-anak. Dan terkadang ini membuat kita menjadi overprotektif. ”Jangan, Nak..nanti jatuh, jangan, Nak..nanti sakit..!” Padahal semua itu belum tentu. Anak yang terlalu banyak dilarang akan menjadi anak yang penakut dan tidak berani bereksplorasi, ia merasa semua yang ada di sekitarnya merupakan ancaman. Eksplorasi sangat dibutuhkan anak dalam perkembangan rnotoriknya. Biarkan anak melakukan eksplorasinya, tugas kita hanyalah mengawasi dan mengarahkan mereka.

Keempatbelas, anak terlalu banyak dituntut. Orang tua yang perfeksionis biasanya selalu menginginkan anaknya selalu bisa dan mampu seperti apa yang mereka harapkan. Sikap tersebut mengakibatkan anak tertekan dan tidak berkembang sebagaimana mestinya. Dan suatu saat anak bisa menjadi sangat anti terhadap apa yang terlalu kita tuntutkan padanya.

Kelimabelas, anak tidak diberi contoh yang baik. Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita juga melakukan kesalahan. Kita melarang anak agar jangan membuang sampah sembarangan, sementara tanpa disadari, kita sendiri melakukannya. Anak merupakan cerminan dari diri kita. Maka dari itu sebagai orang tua berperilakulah yang baik, karena secara tidak langung kita telah mendidik anak kita sendiri. Di sinilah begitu pentingnya keteladanan kita pada buah hati kita.

Keenambelas, melakukan kekerasan fisik terhadap anak ataupun terhadap orang lain di hadapan anak. Kekerasan merupakan momok yang sangat tidak baik bagi perkembangan jiwa anak. Anak yang dibesarkan dengan kekerasan akan membawa kebiasaan kekerasannya itu hingga ia dewasa kelak. Mereka akan menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Sebenarnya tidak hanya kekerasan fisik saja yang ”haram”disaksikan anak, menyakiti hati orang lain dengan ucapan yang kasar dan keras juga berbahaya apabila disaksikan oleh anak. Untuk itu, sebisa mungkin hindarilah melakukannya di hadapan anak.

Ketujuhbelas, kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anak tidak cukup. Sesibuk apa pun orang tua seyogyanya harus tetap memberikan kasih sayang dan perhatian dengan porsi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Anak yang kelebihan perhatian dan kasih sayang akan menjadi anak yang manja, kurang berempati, suka pamer, mudah putus asa, dan kurang menghargai apa pun yang menjadi miliknya.

Begitu juga sebaliknya. Anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang akan menjadi anak yang tidak percaya diri, suka berperilaku buruk untuk mencari perhatian, bersikap tak acuh, tidak disiplin, agresif, dan kasar. Bahkan anak merasa dianaktirikan oleh orang tuanya sendiri. Akibatnya dia akan mencari kasih sayang di tempat lain atau temannya dengan melakukan perilaku yang menyimpang.

Kedelapanbelas, tidak ada kekompakan orang tua dalam mendidik anak. Ayah dan ibu harus mempunyai kesepakatan bersama dalam mendidik anak, sehingga tidak ada perbedaan. Perbedaan dalam mendidik anak akan membuat anak bingung dan tidak tahu mana yang benar dan mana salah. Semestinya tidak hanya kedua orang tua yang kompak, akan tetapi semua anggota keluarga yang ikut ”mendidik” secara langsung pada anak, seperti saudaranya, kakek nenek, paman bibi, dan keluarga dekatnya.

Kita sebagai orang tua di rumah sudah kompak dalam mendidik anak, akan tetapi begitu anak liburan di rumah kakeknya selama seminggu maka anak berubah lagi. Itu dikarenakan pola asuh yang diterapkan kakek dan neneknya jauh berbeda dengan kita. Kakeknya sangat memanjakannya dan perlakuan ini membuat anak lebih memilih kakeknya daripada orang tuanya.

Kesembilanbelas, sering menilai buruk dan menjelek­jelekkan anak. Terkadang tanpa disadari kita telah memberikan nilai buruk kepada anak kita. Sebagai contoh, jika anak suatu kali lupa membereskan mainannya setelah bermain, padahal biasanya selalu membereskan, kita langsung marah dan mengatakan, ”Kamu ini memang anak pemalas, tidak pernah mau merapikan mainannya sendiri.” Dengan kata-kata seperti itu, anak merasa tidak dihargai, karena yang kemarin dianggap tidak pernah dilakukan. Menjelek-jelekkan anak di depan orang lain walaupun dengan maksud bercanda juga sangat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri dan merasa tidak dihargai.

Keduapuluh, mementingkan pendidikan umum, me­ngesampingkan pendidikan agama. Ketika anak mulai sekolah, atau bahkan sebelum sekolah, kita kalang kabut kalau anak belum bisa membaca, menulis, dan menghitung. Kita carikan les privat agar anak dapat membaca, menulis, dan menghitung. Akan tetapi kalau anak tidak dapat membaca huruf Al-Qur’an, misalnya, kita santai-santai saja. ”Ah, nanti juga bisa sendiri.” Setelah sekolah, apabila nilai pelajaran umumnya jelek maka kita memarahi anak. Akan tetapi, ketika nilai agamanya tidak baik, tak pernah kita ributkan.

Padahal, kecerdasan dalam bidang agama atau spiritual sangat penting bagi kehidupan anak kelak. Kita masih ingat, kesuksesan seseorang 80 persennya ditopang oleh kecerdasan emosional (EQ) dan spiritualnya (SQ), bukan kecerdasan intelektualnya (IQ).

Dari keduapuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua tersebut, mungkin kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak (parenting), agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Usaha yang kita lakukan dapat berjalan optimal apabila ditopang dengan berdoa memohon kepada Yang Mahakuasa, semoga anak kita menjadi qurrota a’yun di tengah-tengah keluarga.

Pada umumnya, kesalahan terbesar orang tua dalam mendidik anak adalah kesalahan dalam berkomunikasi dengan anak. Komunikasi yang salah meliputi, memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisis.

Dari berbagai kesalahan mendidik tersebut, kesalahan mendidik anak yang dilakukan orang tua dapat ditarik benang merah meliputi: membiarkan anak melakukan kesalahan/berperilaku buruk, tidak memberikan apresiasi ketika anak berbuat dan berperilaku baik, terlalu banyak melarang anak, terlalu banyak menuntut anak, selalu membantu dan menuruti semua keinginan anak, tidak memberikan contoh yang baik kepada anak, melakukan kekerasan fisik terhadap anak maupun di hadapan anak, tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup, tidak ada kekompakan antara ayah dan ibu dalam mendidik anak, dan selalu menilai buruk dan menjelek-jelekkan anak.

 

Daftar Pustaka

Sarwono, Sarlito Wirawan, 2020, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta, Bulan Bintang.

Mustofa, Bisri, 2017, Mendidik Generasi Berkualitas, Jakarta, Trans Media Abadi.

Creative, Kegiatan, Social, Terbaru

Pesawat Terbang Siap menggenggam dunia dan terbang lebih tinggi, LKSA Amanah, Adikkita dan Kastel Imaji

Bismillahirrahmaannirrahiem,

LKSA Amanah memiliki harapan bagi anak asuh semuanya agar menjadi anak yang mandiri dan bertaqwa kepada Alloh SWT. dengan berusaha menjalankan pembinaan dan pengawasan yang tepat dan bekerja sama dengan para pihak yang ikut peduli dengan keberadaan anak-anak panti dari beragam latar belakang dan status nya sebagai penerima layanan sosial.

Anak yang hadir tanpa bimbingan akan hidup dalam keadaan yang mengkhawatirkan, oleh karena itu setiap anak butuh bimbingan dan pembinaan berupa arahan dan ajaran yang sistematis, dengan harapan anak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan untuk mencapai cita-cita mulianya.

LKSA Amanah mendapatkan kesempatan yang baik dengan komunitas Adikkita dan Kastel Imaji mengadakan suatu kegiatan dengan tema “Pesawat Terbang, Siap menggenggam cita dan Siap terbang lebih tinggi” bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman yang akan membantu anak menyiapkan masa depannya.

Kegiatannya diisi dengan berbagai kegiatan secara interaktif dan diantara kegiatannya adalah :

  • Dongeng Interaktif
  • Kaulinan Barudak
  • Turloka Profesi

Kegiatan yang diselenggarkan pada hari Ahad, tanggal 15 Januari 2023 tersebut juga dihadiri oleh anak asuh panti lainnya dari sekitar kota Tasikmalaya.

Terima kasih dan semoga komunitas Adikkita dan Kastel Imaji semakin sukses dan terus memberikan insprisari positif bagi anak-anak seluruhnya.

Teriring do’a jazakumulloh khoeron.

Kegiatan, Layanan Sosial, Pengembangan

PKA, Mewujudkan generasi cinta Al Quran

Al Quran merupakan pedoman kehidupan, diturunkan oleh Alloh Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan membacanya menjadi ibadah. Banyak petunjuk di dalamnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat, sholeh dan bahagia. Banyak kisah menarik yang menjadi cermin bagi kita untuk diambil pelajaran dan membuat jalan hidup kita lebih baik lagi.

Dikabarkan bahwa 65% penduduk indonesia masih termasuk buta huruf al quran, padahal jumlah umat islam lebih dari itu, artinya adalah ada kaum muslimin yang al quran merupakan pedoman hidupnya tetapi tidak bisa membacanya secara langsung. Oleh karena itu menjadi kepedulian bersama guna mengajak dan mengajarkan Al Quran kepada generasi yang masih belum bisa membaca al Quran.

Menumbuhkan rasa cinta kepada Al Quran, diawali dengan memahami betapa pentingnya al Quran untuk dijadikan pedoman kehidupan. Cara kita bergaul dengan al quran yaitu dengan membaca, menghapal, memahami, mengamalkan dan mengajarkannya.

LKSA Amanah berharap melalui kegiatan-kegiatan yang baik ini memberikan efek baik terhadap generasi muslim agar tumbuh rasa cinta kepada Al Quran, kegiatan tersebut bukan hanya TPQ yang secara rutin dilaksanakan setiap sore mulai hari Senin sampai hari Jum’at, tetapi juga memanfaatkan momen kegiatan PKA ( Penguatan Kapabilitas Anak) dengan mengambil tema “Mewujudkan generasi cinta Al Quran”.

Semoga harapan dan cita-cita ini terwujudkan dengan baik dan dibawah naungan rahmat serta ridho Alloh Swt. Aamiin.

Sambutan Ketua LKSA Amanah, Zaenal Mutakin, S.Pd.
Pemateri, Ust. Cepi Cahyadi
Ice Breaking penyemangat belajar
Kegiatan, Layanan Sosial, Pengembangan

Case Conferense bersama mahasiswi Poltekesos Bandung

Case Conference atau konferensi kasus adalah pertemuan yang direncanakan untuk membahas keadaan dan masalah seseorang atau beberapa orang (Wibowo,1984:85), suatu kelompok kecil orang- orang yang secara bersama-sama mensintesa, dan menginterpretasikan fakta yang telah diketahui mengenai seseorang (Strang, 1949:22).

Itulah yang kami lakukan saat ini, kami berkumpul untuk membahas hasil assesment petugas sosial dan mengulas rencana intervensinya. Ini adalah suatu proses pelayanan di LKSA, khususnya di Lksa Amanah dibantu oleh para mahasiswi yang sedang magang ada 5 orang, masing-masing mengassesment 3 anak dan fokus pada 1 anak yang akan diselesaikan untuk intervensi kemudian terminasinya.

Ternyata dengan cara yang benar dan tepat, potensi anak dapat ditemukan dan diungkapkan, baik yang positif maupun yang negatifnya. dengan pendekatan bio psikososial ini anak diketahui gejala-gejala fisik dan psikisnya, sehingga lebih tepat penangananan pengasuhannya. Contohnya ditemukan anak yang kurang berfungsi perasanya, dll.

berikut beberapa dokumentasinya :

Case Conference 1
Case Conference 1
Case Conference 2
Case Conference 2
Penutupan kegiatan praktikum dan penyerahan plakat penghargaan dari Poltekesos kepada Ketua LKSA Amanah
Creative, Kegiatan, Layanan Sosial, Pengembangan, Uncategorised

Kegiatan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Panti Asuhan Amanah

Panti Asuhan Amanah menyelenggarakan kegiatan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) bagi anak asuh mukim, anak asuh binaan juga anak anak luar panti juga. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mendekatkan generasi muda kepada Al Quran dan membuat mereka senang membaca dan menghafal Al Quran.

Peserta yang terdiri dari anak-anak usia SD dan SMP ini bersemangat mengikuti kegiatan belajar Quran, dengan melantunkan nadhom yang memudahkan mereka mengerti tata cara baca huruf Al Quran. Dikenalkan juga pengucapan huruf-huruf Al Quran yang benar dan tepat sesuai dengan makhorij dan sifatnya. Semua anak diharapkan mampu melafalkan dan membaca lancar Al Quran, sehingga apabila telah fasih akan mudah untuk menghafal dengan Al Quran dengan benar.

Setiap sore mulai hari Senin sampai Jumat, pukul 16.00 s.d. 17.00, bertempat di Ruang belajar Rumah Quran BTH. dibawah pengasuhan Ust. Cepi Cahyadi dan Teh Dini. 

Layanan Sosial, Uncategorised

PPKS dan PSKS, apa itu ?

PPKS singkatan dari Pemerlu Palayanan Kesejahteraan Sosial sedangkan PSKS singkatan dari Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, kedua istilah tersebut adalah bagian dari materi-materi yang muncul di kedinasan sosial. Bahwa di masyarakat dengan segala kondisinya yang beragam muncul para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, siapakah mereka ? dan juga ada beberapa kalangan yang peduli dibekali dengan potensinya melaksanakan upaya-upaya perhatian untuk para pemerlu tersebut, mereka disebut PSKS atau potensi dan sumber kesejahteraan sosial.

Pengertian PPKS

Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar (Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial)

Jenis-jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)

  1. Anak Balita Telantar
  2. Anak Terlantar
  3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum
  4. Anak Jalanan
  5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)
  6. Anak yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan
    Salah
  7. Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
  8. Lanjut Usia Telantar
  9. Penyandang Disabilitas
  10. Tuna Susila
  11. Gelandangan
  12. Pengemis
  13. Pemulung
  14. Kelompok Minoritas
  15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)
  16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
  17. Korban Penyalahgunaan NAPZA
  18. Korban Trafficking
  19. Korban Tindak Kekerasan
  20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
  21. Korban Bencana Alam
  22. Korban Bencana Sosial
  23. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
  24. Fakir Miskin
  25. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis
  26. Komunitas Adat Terpencil

Pengertian PSKS

Pengertian PSKS pada dasarnya mencakup:

  1. Potensi Kesejahteran Sosial adalah individu, kelompok, organisasi, dan lembaga yang belum memiliki dan atau belum memperoleh pelatihan dan atau pengembangan di berbagai aspek pembangunan kesejahteraan sosial sehingga keberadaannya belum dapat didayagunakan secara langsung untuk mendukung pembangunan
    kesejahteraan sosial.
  2. Sumber Kesejahteraan Sosial adalah individu, kelompok, organisasi, dan lembaga yang telah memiliki kemampuan dan atau telah memperoleh pelatihan dan atau pengembangan di berbagai aspek pembangunan kesejahteraan sosial sehingga keberadaannya dapat didayagunakan secara langsung untuk mendukung pembangunan kesejahteraan social.
  3. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan social.

Jenis-Jenis Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

  1. Pekerja Sosial Profesional
  2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
  3. Taruna Siaga Bencana (Tagana)
  4. Lembaga Kesejahteraan Sosial
  5. Karang Taruna
  6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
  7. Keluarga Pioner
  8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat
    yang selanjutnya disebut (WKSBM)
  9. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial
  10. Penyuluh Sosial : Penyuluh Sosial Fungsional Penyuluh Sosial Masyarakat
  11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
  12. Dunia Usaha

LKSA Amanah menjadi bagian penyelenggara potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) yang berorientasi menangani PKKS jenis anak terlantar.

Alhamdulillah seiring berjalan waktu dan pelaksanaan pembimbingan dari Dinas Sosial melalui Peksos dan para petugasnya, LKSA Amanah menjadi lembaga yang terdaftar dan terakreditasi dengan nilai A.

Untuk lebih terperinci mengenai pembahasan PPKS dan PSKS berikut dokumen nya :

Kegiatan, Layanan Sosial

LKSA Amanah & Poltekesos

LKSA Amanah menerima kedatangan Mahasiswa untuk melaksanakan tugas praktikum dari kampusnya, yaitu dari POLTEKESOS singkatan dari Politeknik Kesejahteraan Sosial yang berlokasi di Bandung Jl. Ir H. Juanda No 367. Kedatangannya diantar oleh dosen pembimbingnya, Ibu Marwanti.

Pelaksanaan kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami proses dan praktik pelayanan di institusi / lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) tempat prakteknya dan melaksanakan intervensi kepada penerima layanan mulai dari tahap pendekatan awal sampai dengan terminasi dan rujukan.

Rencananya mulai tanggal 2 Agustus 2022 sampai akhir September 2022, mereka akan bersama dengan LKSA Amanah mengasuh anak-anak asuh baik mukim maupun binaan.

Dengan keberadaan para mahasiswa ini, LKSA dibantu terutama dalam pelayanan langsung ke anak melalui assesment dan intervensi sesuai kebutuhan anak dan membuatkan/menyempurnakan form-form yang dibutuhkan LKS dalam adminitrasi pengasuhan anak.

Semoga menjadi mahasiswa yang sukes dan selanjutnya dapat berkiprah dengan mengamalkan ilmunya sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Uncategorised

Pengajian Umum dan Sosialisasi Taman Pendidikan Al Quran (TPQ)

LKSA Amanah menyelenggarakan pengajian umum pada hari Selasa, 30 Agustus 2022 bagi orang tua anak asuh dan sekaligus sosialisasi Taman pendidkan Al Quran (TPQ).

Kegiatan ini menghadirkan pemateri Ust. Cepi yang menyampaikan materi mengenai Keutamaan membaca Al Quran. Beliau adalah salah satu pengurus LKSA Amanah bagian Pembina Asrama Putra, dengan latar belakangnya beliau hafidz Al quran membawakan materi yang menarik mengenai keutamaan membaca al Quran, dengan harapan para pendengar dapat termotivasi untuk lebih semangat membaca AlQuran dan mau belajar untuk lebih baik dalam membaca Al Quran.

Diselingi dengan sedikit ice breaking membuat suasana kegiatan pengajian lebih bersemangat dan seru. Dengan hal tersebut mudah-mudahan lebih semangat untuk menyimak materi secara keseluruhan.

Ruangan yang digunakan pengajian adalah kelas belajar Rumah Quran BTH yang belum lama ini selesai pembangunannya dan insya Alloh segera digunakan untuk kegiatan Rumah Quran BTH.

Sosilisaisai Taman Pendididkan Al Quran (TPQ)

LKSA Amanah mensosialisasikan kembali Taman Pendidikan Al Quran kepada para hadirin, tujuannya untuk menginformasikan keberadaan program ini dan mengajak bergabung menjadi siswa TPQ. 

TPQ ini bertujuan untuk melaksanakan pengajaran Al Quran dengan 3 tahap : Pemula, Quran, Tahfidz.

  • Pemula adalah kelas bagi peserta yang belum fasih membaca Al Quran, masih belajar huruf-huruf hijaiyyah dan cara membacanya. 
  • Quran adalah kelas bagi peserta yang sudah fasih membaca al quran dan bermaksud untuk memperbaiki bacaan menjadi lebih fasih disertai dengan irama baca yang tepat.
  • Tahfidz adalah kelas bagi peserta yang sudah fasih membaca Al Quran dan bermaksud untuk menambah hafalan-hapalan Al Quran sehingga menjadi seorang Hafidz Quran.

Kegiatan ini terbuka secara umum bagi siapa saja yang bermaksud belajar Al Quran di TPQ ini boleh mendaftarkan dirinya dan mengikuti kegiatannya.